Minggu, 31 Oktober 2010
Viral Marketing
Redefinisi Pemasaran di Era Globalisasi
Menurut Profesor Waren Keegan sebuah perusahaan perlu adanya “perubahan” dalam menghadapi dunia yang makin terbuka.perubahan itu ada
Tahap pertama : ketika sebuah perusahaan masih bersifat “domestic”, orientasinya cuma “home-market”.
Tahap kedua, kalau perusahaan tersebut sudah jadi international company, dia mulai meng-export produknya kebeberapanegara.
Tahap ketiga : jika sudah terjadi sinergi diantara aktifitasnya di beberapa Negara asing maka perusahaan tersebut patut di sebut mult-national company.
Tahap keempat : global company, sebuah perusahaan yang sudah melakukan global sourcing atau global marketing.
Tahap terakhir ; trans-national company, sebuah perusahaan yang sudah “melanggar” batas-batas Negara dengan melakukan global-sourcing dan global marketing sekaligus.
Bagaimana pendapat Porter, Hamel dan Prahalad.
Istilah competitive advantage atau “keunggulan bersaing” dipopulerkan oleh Michael Porter. Sedang core competence atau “kompetensi inti” dipopulerkan oleh Gary Hamel dan CK. Prahalad.
Gary Hamel meminta membayangkan ada tiga lingkaran, yang paling kecil adalah core competence terletak di dalam yang ukuran “tanggung”. Sedang lingkaran “tanggung” adalah capability terletak di dalam lingkaran besar yang di sebut lingkaran competitive advantage. Lantas
Scales of economies adalah salah satu keunggulan bersaingyang terpenting menurut Porter. Siapa bias menguasai market share, dia punya kemungkinan untuk memproduksi suatu produk dengan unit cost termurah. Learning curve yang konsepnya mengatakan bahwa bila secara akumulatif anda sudah memproduksi suatu produk yang sama dengan lebih banyak volume, maka anda akan bisa menurunkan ongkos produksi per unit.
Igor Ansoff yang merupakan pionir strategic management suka menggunakan istilah capability untuk menggambarkan kemampuan sebuah perusahaan dalam seluruh fungsinya untuk menghadapi persaingan di masa depan.
Sebuah kalimat dari Jack Weleh yang popular “ you have to be able to change your tyre without stopping your car !” Artinya, anda harus bisa ganti ban dengan tanpa menghentikan mobil yang anda kendarai. Jadi anda harus bisa menjalankan perusahaan anda dengan competitive advantage yang sedang dipunyai sambil terus menyempurnakan core competence untuk masa depan.
Tantangan abad 21
Kriteria penentuan pemenang yang suka dipakai Malcolm Baldrige di Amerika Serikat, bisa digunakan sebagai acuan untuk melakukan transformasi ini. Karena kriteria ini, cukup komprehensif dan punya tujuan jelas, yaitu menjadi suatu perusahaan yang kuat baik di bidang leadership maupun management dalam mencapai operational result maupun customer satisfaction.
Kembali ke konsep strategic Marketing plus 2000, saya menegaskan bahwa sebuah marketing company adalah sebuah perusahaan yang bisa menjamin terjadinya sustainable satisfaction untuk customer, people in the company maupun share holders.
- Brand, sampai dimana kesungguhan perusahaan memelihara bahkan mempertahankan brand mereka ? pada dasarnya, konsumen lebih mengerti brand daripada produk. Karena itu, walaupun produk yang bagus penting tapi tidak akan ada manfaatnya kalau tidak ada brand yang punya equity kuat.
- Service, sejauh mana sebuah perusahaan mengaggap bisnis mereka adalah service-business ? sebab apa pun jenis bisnis mereka pada akhirnya konsumen tidak membeli produk plus service tapi sebuah paket service yang terdiri dari produk plus komponen lain.
- Process, sejauh mana sebuah perusahaan telah berhasil membuat dirinya jadi process based dan bukan function based. Sebab, pembagian kerja berdasarkan fungsi itulah yang membuat orang tidak bisa merasa total berada dalam proses pelayanan konsumen.
Tiga hal tersebut merupakan cirri dari sebuah marketing company yang diperlukan
Peran El Ries dan Jack Trout
Baginorang yang berkecimpung di dunia pemasaran, nama El Ries dan jack Trout boleh dikatakan sangat di kenal. Kontribusi terbesar mereka adalah istilah positioning tanpa terasa tahun 1994 yang lalu, terminology ini sudah berusia 25 tahun. Mereka baru saja merayakan ‘pesta perak”dari positioning, karena istilah ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1969.
Dalam buku mereka yang pertama dan paling laris, Al Ries dan Jack Trout mengatakan bahwa positioning bukanlah tentang apa yang anda perbuat pada sebuah produk. Tetapi tentang apa yang anda perbuat pada benak konsumen.
Contohnya adalah : “7-up is the un-Cola” dengan mengatakan hal tersebut maka 7-up berusaha untuk meyakinkan konsumen bahwa memang di bukan Cola. Begitu “generic” nya Cola sebagai softdrink di Amerika, sehingga orang Amerika menganggap kedua hal tersebut sebagai sama saja. Karena itu, dengan menyebut 7-up sebgai bukan Cola, maka minuman ini jadi lain.
Dengan jelas, di buku maupun ceramah mereka pun, Kotler berpendapat bahwa seorang pemasar harus menentukan cara membagi (segmentation), menentukan pasar sasaran (targeting), dan menentukan positioning terlebih dahulu. Setelah pekerjaan itu selesai barulah pekerjaan yang lain boleh dilakukan.
Kotler mengatakan bahwa marketing mix adalah taktik pemasaran yang mengacu pada strategi yang telah ditentukan lebih dahulu.
Dengan membagi posisi sebuah perusahaan menjadi empat, maka ada empat strategi “perang’ yang mereka tawarkan seperti defensive, offensive, lanking, dan guerilla. Walaupun mereka menyebut sebagai stategi pemasaran, tapi sebenarnya, kalau kita teliti dalam membaca buku tersebut, mereka lebih banyak menekankan “perang” periklanan.
Mengapa warthon nomor satu
Business week edisi 24 Oktober 1994 “menobatkan” Wharton sebagai the best B-School. Dengan demikian, dinilai dari criteria kepuasan stakeholder yang terdiri dari graduating student and recruiter, Wharton mengungguli sekolah bisnis bergengsi Northwestern, Chicago, Stanford bahkan Harvard.
Dalam konsep Marketing Plus 2000, selain Segmentation - Targeting, Positioning, Differentiation – Marketing Mix dan Selling, juga terdapat unsure brandyang sangat penting selain service dan process yang biasanya di anggap berada di luar fungsi marketing.
Brand biasanya masuk dalam unsure produk dalam pemasaran dan service biasanya di anggap sebagai salah satu “paket produk” tertentu. Padahal pada saat ini, posisi brand jadi semaki9n penting, justru pada saat brand loyalty lagi merosot. Sedang Service quality bukan Cuma unsure orang-orang berkualitas,tapi harus di buat untuk kepuasan pelanggan. Dan, akhirnya, setiapproses, terutama yang bersifat cross – functional harus ditinjau terus menerus untuk mendapatkan dan mempertahankan keunggulan bersaing.
Memanfaatkan parade bunga
Di dalam setiap Rose Parade, siaran langsung televise ditonton oleh jutaan pasang mata di seluruh Amerika. Rombongan
Film Forrest Gump
Bagi orang Amerika, film Forrest Gump merupakan gambaran dari American spirit (semangat Amerika). Film ini adalah sebuah film tentang kepemimpinan atau leadership. Pemimpin yang berhasil membuat anaknya berhasil ! Seorang pemimpin sejati adalah pemimpin yang berhasil membuat anak buahnya bisa berprestasi sesuai bahkan melebihi kapasitasnya.
Paling sedikit ada tiga pelajaran “kepemimpinan” dari film tersebut yang bisa di pakai, diantaranya adalah :
- 1) Berikan keyakinan pada anak buauh anda bahwa mereka tidak perlu minder pada orang lain. Tanamkan rasa percaya diri mereka bahwa mereka pun bisa membuat karya-karya besar kalau mereka mau.
- 2) Kembangkan anak buauh anda sesuai dengan personal strength-nya. Sebagai pemimpin, anda harus membantu mereka untuk mencari “sesuatu” dalam diri mereka yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan.
- 3) Cintailah anak buah anda dengan setulus hati. Kalau mereka merasakan cinta anda yang sesungguhnya, maka mereka akan menerima kekuatan yang hebat.
Menghidupkan kembali the beatles
I am Ringo, I play the drum ! And I am Paul, I play the bass ! I am George, I play a guitar ! I am john, I too, play guitar sometimes I play the flute !
Ra,ra,ra,ra,ra, ra…
The Beatles merupakan suatu kasus marketing yang menarikkarena mereka tetap punya loyalitas yang tinggi di antara penggemarnya. Hal ini bisa dijelaskan dalam konsep Brand-Equity dari David Aaker.
The Beatles punya tingkat brand awareness yang cukup tinggi. Hamper semua orang yang suka musik tahu namanya. Hebatnya, awareness ini bisa di-extend dari satu generasi ke generasi berikutnya.
The beatles, ingat musiknya yang “kelas” dari zaman ke zaman. Musik The Beatles memang selalu berganti warna tetapi musik tersebut yang asli diasosiasikan sebagai tidak terlalu ngerock,tapi lebih “berbau” country dan western.
Segala musik “Beatles” dianggap punya kualitas bahkan musik mereka termasuk dalam kkkurikulum akademi-akademi musik untuk dipelajari dan dianalisis. Factor pembentuk brand-equity yang terpenting adalah brand-loyalty ! walaupun Beatles sudah bubar dan John Lennon sudah iada, orang masih setia mendengar musik dan membeli Cd ataupun kaset mereka. Dukungan para penyalur dan dipegangnya hak paten dari masing-masing mereka.
Buat apa produk baru ?
Peluncuran produk-produk baru memang harus dilakukan terus menerus. Bukan Cuma di entertainment industry seperti dufan dan
Kalau produk Life Cycle anda sudah mulai masuk tahap early maturity, maka sebaliknya anda sudah mempunyai produk baru yang siap diluncurkan. Kalau anda memnunggu sampai ke tahap late maturity, semuanya sudah terlambat. Sebentar lagi produk anda akan decline dan pada waktu itu anda panik.
Produk yang berada di tahap maturity memamng merupakan penghasil uang bagi perusahaan atau sering di sebut “sapi perahan” ataui cash cow. Produk inilah yang biasanya harus membiayai peluncuran produk baru yang masih merupakan question-mark. Produk ini juga harus membuat produk baru itu jadi “star”.
Agar, kalau cash cow sudah jadi dog yang siap di harvest atau di milking, sudah ada produk calon pengganti cash cow berikutnya.
Meluncurkan produk baru penting, terutama karena anda harus mempertahankan bahkan memperkuat brand-equity yang sudah dipunyai.
Berdasarkan profilitu, anda lantas bisa pilih strategi inovasi yang cocok. Mau pakai aggressive leadership, solid leadership, creative imitation, efficient imitation, niche, atau marketing innovation. Kalau strategi yang dipilih match dengan profil yang ada, paling tidak, resiko bisa dikurangi dan hasil bisa dioptimalkan.
Pengunjung dari berbagai etnis, kalangan, dan penghasilan. Mulai dari orang bugis, Jawa, china, bahkan kadang-kadang bule makan di warung mie. Mulai dari mahasiswa, pegawai negeri, karyawan swasta, sampai ke bos-bos denan berbagai macam tingkat penghasilan jadi langganan. Sekarang, strategi diubah. Hanya mie ayam tak ada lagi mie babi lagi ! kalau sekarang anda makan di sana, Cuma di tanay mau “kecil” atau “besar” artinya mau porsi kecil atau porsi besar ? di Surabaya,, model mie seperti itu lazim di sebut Ta-mie. Sedang di Jakarta, di sebut I-fumie.
Pada taxi, ada kalimat indah yang tidak bisa di buat oleh sembarang sopir di kartu nama tersebut, yaitu :
HAVE
Trend setter bukan follower
Kalau anda mau memuaskan orang, sekedar memenuhi harapan konsumen tidak cukup. Tapai anda harus melebihi harapannya. Buatlah konsumen anda senang karena tidak menyangka sebelumnya, bahwa hal itu akan terjadi.
Daisho punya keistimewaan karena merupakan restoran Jepang yang pertama di
Bawa “masuk” kedalam industri anda dan sudah tentu mesti ada modifikasi. Tapi ada yang “baru” dan selalu bisa di transfer. Not Just Follower! Apalagi, seperti yang tertera dalam Marketing Plus 2000, bahwa kalau kompetisi sudah semakin meningkat bahwa semua industri akan punya sifat yang sama dengan service industry.
Menantang atau menatap
Suatu industri yang menarik tentunya akan memberi peluang untuk menghasilkan relative lebih tinggi! Setelah itu Porter mengajarkan pada kita untuk memutuskan strategi dasa. Mau jadi differentiation atau cost-leader supaya bisa dapat margin yang relative lebih tinggi disbanding pesaing di dalam industri yang sama!
Kedua strategi generic itu bisa diterapkan secara narrow atau broad. Perusahaan kecil diajarkan hanya untuk melayani beberapa segmen pasar saja atau ber-fokus. Sedang yang besar boleh saja melayani banyak segmen.lantas? Porter mengajarkan perusahaan untuk mencari sumber dari suatu keunggulan bersaing dan berusaha mempertahankan.
Bermimpilah untuk melakukan suatu industri baru! Buatlah aturan baru. Berkoalisilah bila perlu, supaya kompetensi inti anda bisa mengembang. Jangan takut untuk mencoba di pasar. Dan lanjutkan kepeloporan anda dengan melakukan penetrasi ke pasar global dengan menggunakan suatu banner brand.
Jogger mengejar kebahagiaan
Jogger merupakan sebuah took di Bali yang unik dan pemilik took tersebut rupanya juga sangat unik. Ia pun di panggil pak Joger.
Ia sendiri menyebut tokonya sebagai Handicraft Centre, The Big Shop With Small Price! Apa saja yang di jual di situ dari mulai T-shirt, keramik, poster, peralatan dari bamboo maupun rotan, batik, dan sebagainya.
Untuk lebih menghayati kreatifitasnya, coba simak”Perintah Harian” yang dikeluarkan pak Joger untuk para karyawannya.
PERINTAH HARIAN
1) Sambutlah semua pengunjung dengan salam “good morning selamat pagi!” tidak peduli apakah pada saat itu pagi, siang atau sore, selalu “good morning selamat pagi!”
kalau pengunjung itu sudah berada di tempat kita lebih dari 15 menit, harus segera dibawakan satu botol softdrink atau air sehat dan bersih.
2) Kalau pengunjung itu berada di Joger lebih dari 3 jam harus dibawakan snack (cemilan).
3) Kalau ternyata pengunjung itu betah sampai delapan jam langsung disiapkan kasur dan bantal. (tetapi agak sulit karena jogger hanya buka 7,5 jam saja).
4) Semua orang baik-baik harus dilayani secara baik-baik. Tapi orang yang tidak baik tidak harus dilayani secara tidak baik.
5) Jangan berdebat soal selera. Hargailah selera orang lain! Baik untuk kita belum tentu baik untuk orang lain.
6) Ingatlah semboyan kita yang sudah terkenal : “belanja atau tidak belanja tetap thank you”.
Saudara dari selatan
Quelch mengajar tentang trend pemasaran tahun 2000,terutama yang berkenaan dengan dampaknya pada consumer product. Sedang dalamHarvad Business Review, edisi September-Oktober 1994, Quelch menulis sebuah artikel pemasaran tentang bahaya nya suatu product proliferation.
LABC atau Indonesia Australia Business Counsil yang sudah ada merupakan wadah bagi pengusaha darikedua negara. Wadah ini dapat dijadikan forumpertemuan untuk melancarkan hal tersebut. Dengan demikian, diharapkan bahwa sikap proaktif dari pemerintah
Masih banyak teknologi pertambangan,pertanian, dan property, misalnya,yang bisa kita pelajari dari mereka. Sementara itu, kunjungan Gubernur Jawa Timur Basofi Sudirman ke Australia Barat juga akan semakin mempererat hubungan kedua daerah secara “politis”.
Kalau Jepang saja yang pernah menjajah kita, dianggap sebagai “saudara tua”, mengapa kita tidak menganggap
M. Ciputra, Babson dan entrepreneurship
Kalau universitas lain mencetak sarjana ekonomi yang diharapkan jadi manajer, Ciputra ingin lulusan UNTAR bisa jadi entrepreneur. Karena hanya entrepreneur yang bisa melihat peluang, mengambil resiko, dan membukalapangan pekerjaan.
Babson Graduate School of Business cukupunik, karena merupakan pelopor perombak kurikulum untuk program MBA nya. Pada tahun pertama di Babson, mahasiswa langsung di ajak berdiskusi tentang inovasi,entrepreneurship, thinking, quality as a competitive advantage, global perspective, dan leadership.
Untuk orang asing yang tidak berbahasa inggris rata-rata angka TOEFL di Babson adalah 620! Sedang untuk anak-anak lulusan high school di Amerika sendiri, rata-rata SAT adalah 1100.
Dengan makin menglobalnya dunia, maka ucapan ahli ekonomi J.B.Say semakin menjadi kenyataan. “Kekuatan ekonomi suatu negara ditentukan oleh jumlah entrepreneur di negara tersebut.
Pekerjaan rumah kita
“This is the best book on entrepreneurship”. Pada buku tersebut mengupas tiga teori sosiologi yang erat hubungannya dengan judulnya.
Pertama, Theori Of Middleman Minorities dari Edna Bonavich yang dipakai sebagai landasan teori dalam bidang ini. Secara umum, teori ini mengatakan bahwa rasa tau etnis “yang terjepit” dan “dimusuhi” suatu negara, biasanya akan membangun “economic security” dengan memainkan peran “middleman position” didalam suatu struktur kapitalisme.
Kedua, buku Prof.
Ketiga, teori ethnic enclave yang banyak disebut oleh Alex Portes dan Robert Black dalam buku Latin Journey.
Prof. Butler menunjuk pendapat Joel Kotkin dalam bukunya Tribes yang menyatakan ada
1) Pertama, mereka punya identitas etnik yang kuat dan sense of mutual dependence yang akan saling membantu kelompok mereka dalam melakukan adjustment terhadap perubahan-perubahan politik dan ekonomi tanpa kehilangan identitas.
2) Kedua, mereka sudah punya global network berdasarkan mutual trust yang memungkinkan mereka berfungsi secara kolektif melewati batas-batas negara.
3) Ketiga, mereka mempunyai passion untuk selalu mempelajari bahkan bila perlu membeli technicial knowledge dan pengetahuan lain dari mana saja di tambah dengan open-mindedness mereka yang dapat mempercepat pengembangan ilmiah dan intelektual yang diperlukan untuk sukses pada abad ke-21.
NEWSCAFE, Selamat datang di
Mengapa NEWSCAFE mempunyai clear positioning yang disukai oleh target marketnyayaitu professional muda, juga yang sebenarnya tidak muda lagi tapi masih berjiwa muda.
1) Pertama, tempat makan dan minum seperti itu terutama yang punya global brand belum ada di Surabaya.kelihatannya, mereka pada “ngeri” untuk buka di
2) Kedua, tempat nongkrong di hotel-hotel bintang yang ada di
3) Ketiga, lokasinya di jalan Panglima Sudirman cukup strategis, walaupun “Cuma” satu arah.
4) Keempat, banyak orang
AUDIT PEMASARAN BERDASARKAN “STRATEGIC MARKETING PLUS 2000
A. PENDAHULUAN
Kotler, Gregor,dan Rodgers (1997) memberikan definisi audit pemasaran sebagai :
Audit pemasaran adalah pemeriksaa terhadap suatu perusahaan atau unit bisnis secara komprehensif, sistematis, independent, dan berkala. Unsure-unsur yang dilibatkan dalam audit adalah lingkungan, objek, strategi, dan aktifitas pemasaran untuk melihat masalah dan kesempatan dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kinerja pemasaran dari perusahaan atau bisnis unit.
Komprehensif
Audit pemasaran tersebut harus mencakup semua aktifitas pemasaran yang relevan dan bukan sekedar melihat masalah pemasaran dalam ruang linkup yang sempit. Dengan demikian, audit pemasaran tidak dimaksudkan untuk mencoba bagaimana suatu perusahaan mengatasi masalah yang berhubungan dengan masalah pemasaran secara spesifik, misalnya masalah penetapan harga.
Sistematis
Audit pemasaran harus melibatkan tahapan diagnosis yang telah disusun sesuai denganlogika atau merupakan suatu rangkaian langkah yang terintegrasi dengan baik.
Independent
Audit pemasaran yang baikharus dilakukan secara objektif dan tidak bias. Oleh karena itu, walaupun suatu audit pemasaran dapat dilakukans secara internal oleh para manajernya, objektifitas dari audit tersebut harus dipertahankan. Kesulitan untuk mendapatkan audit pemasaran yang objektif inilah yang mendorong banyak perusahaan melakukan audit pemasaran dengan bantuan para konsultan.
Periodic
Perbedaan Sales dengan Marketing
Padahal peran sales sama pentingnya dengan marketing. Memang keduanya sama-sama ‘jualan.’ Perbedaannya, adalah sales benar-benar berjualan dalam arti yang sebenarnya yakni mendatangkan uang. Sales berusaha membuat transaksi: memindahkan uang dari kantong konsumen masuk ke kas perusahaan. Key Performance Indicator (KPI) utamanya adalah target penjualan.
Sementara itu pengertian jualan di marketing lebih pada meraih perhatian, pikiran dan hati konsumen sehingga mereka mau membeli produk kita. Bukan hanya berkeinginan membeli tetapi juga menjadi konsumen yang loyal. Jadi, kalau di sales kita berusaha memenangkan kantong konsumen, di marketing kita berusaha memenangkan persepsi konsumen.
Hubungan Sales dan Marketing
Sales baru bekerja setelah produk sudah tersedia sedangkan marketing sudah sibuk jauh hari sebelum produk diluncurkan. Adalah marketing yang merancang strategi produk melalui apa yang kita kenal dengan Segmentasi, Targeting dan Positioning (STP). STP itu lalu diwujudkan dalam marketing mix yang terdiri dari Product, Price, Place dan Promotion (4P).
Setelah strategi marketing selesai dirumuskan, produk sudah jelas STP-nya, barulah sales bekerja. Jadi marketing ada di tingkat pemikiran sedangkan sales pada level pelaksanaan. Jika pemikirannya betul, maka pelaksanannya pun betul.
Ibarat di dunia militer, marketing adalah saat dimana rencana penyerbuan disusun. Di mana lokasi musuh, berapa kekuatannya, berapa banyak logistik yang harus disiapkan dan bagaimana cara menjangkau lokasi. Jika strategi benar, eksekusinya benar.
Dengan demikian salesman tahu harus fokus ke konsumen yang seperti apa ketika menjual produk, tidak asal ketemu orang, langsung menawarkan produk. Salesman juga tahu harus ngomong apa ke konsumen, apa yang membedakan produknya dengan kompetitor. Salesman know what to expect sehingga mereka bisa lebih efektif.
Secara singkat marketing is the brain sedangkan sales is the muscle.
Masih banyak perbedaan sales dan marketing, silakan menambahkan sendiri sesuai dengan pikiran atau pengalaman Anda.
Apa itu marketing?
Marketing is the process of planning and executing the conception, pricing, promotion and distribution of ideas, goods, and services to create exchanges that satisfy individual and organizational goals.
Tidak puas? Bagaimana dengan defenisi dari Robert D. Hisrich (Mixon Chair dan Professor, Weatherhead School of Management at Case Western Reserve University)...
Marketing is the process by which decisions are made in a totally interrelated changing business environment on all the activities that facilitate exchange in order that the targeted group of customers is satisfied and the defined objectives accomplished.
Masih belum puas? Mungkin kau lebih menyukai yang satu ini:
Marketing is about creating satisfactory exchanges via effective and integrated communication with consumers and building relationships with customers and with other publics who could impact organizational performance (the investors, analysts, employees, pressure groups, and so on) by means of effective corporate communication.
Nah, sudah mengerti apa yang dimaksud dengan marketing? Masih belum? Selamat bung, berarti kita senasib. Dan jangan sedih, karena kita tidak sendirian. Ada jutaan, bahkan mungkin milyaran orang yang juga senasib.
Okey, katakanlah defenisi itu tidak penting. Katakanlah yang terpenting itu pengertian, pemahaman. Lalu, apa pengertian dari marketing? Apakah pengertian marketing itu seperti yang selama ini dipahami oleh banyak orang... yang mengatakan bahwa marketing itu sama dengan selling, atau advertising?
Nope. Meski masing-masing pakar sepertinya punya defenisi yang berlainan, tapi pada intinya mereka punya satu kesamaan, yaitu... marketing itu tidak sama dengan selling. Siapa yang mengatakan itu? Tidak lain dan tidak bukan... guru dari segala guru marketing... Philip Kotler.
Kotler adalah the S.C. Johnson & Son Distinguished Professor dari International Marketing di the Kellogg Graduate School of Management at Northwestern University. Kotler menulis tidak kurang dari 15 buku, termasuk Marketing Management, yang disebut oleh Financial Times sebagai salah satu dari 50 buku marketing terbaik.
Kotler mengatakan bahwa... kepercayaan yang menganggap marketing dan selling itu sama, merupakan kesalahan umum yang banyak dianut baik oleh pebisnis, maupun publik. Memang betul, selling itu bagian dari marketing. Tapi marketing mencakup area yang lebih luas dari pada selling.
Peter Drucker mengatakan, “the aim of marketing is to make selling superfluous.” Yang artinya, tujuan dari marketing itu adalah untuk membuat selling menjadi tidak diperlukan. Maksudnya? Marketing itu dilakukan untuk mencari tahu apa yang dibutuhkan oleh pasar, dan untuk bersiap memberi solusi yang memuaskan.
Marketing yang sukses akan menghasilkan produk baru yang disukai oleh pasar, word-of-mouth akan menyebar dengan cepat, dan selling menjadi tidak diperlukan. Marketing tidak bisa disamakan dengan selling karena marketing dimulai jauh sebelum produk dibuat.
Marketing adalah pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh mereka yang ingin memenuhi permintaan, mengukur kemampuan dan kekuatan, dan mengidentifikasi apakah sebuah peluang untuk mendapatkan keuntungan memang benar-benar berada disana.
Sedangkan selling, hanya bisa dilakukan saat produk sudah dibuat.
Marketing tidak hanya dilakukan sebelum produk dibuat. Marketing tetap harus dilakukan saat, dan setelah produk dibuat. Marketing terus berlanjut sepanjang produk masih tersedia, mencari konsumen baru, meningkatkan mutu dan kemampuan produk, menganalisa hasil penjualan, dan mengatur penjualan yang berkelanjutan.
Harry Beckwith, penulis dari Selling the Invisible, mengatakan... pendapat yang menganggap bahwa marketing itu sama dengan selling merupakan bagian yang menjadi penyebab permasalahan yang terjadi di sektor penyediaan jasa:
In a free-association test, most people—including most people in business— will equate the word “marketing” with selling and advertising: pushing the goods.
In this popular view, marketing means taking what you have and shoving it down buyers’ throats.“We need better marketing” invariably means “We need to get our name out”—with ads, publicity, and maybe some direct mail.
Unfortunately, this focus on getting the word outside distracts companies from the inside, and from the first rule of service marketing:The core of service marketing is the service itself.
I am not suggesting that if you build a better service, the world will beat a path to your door. Many “better services” are foundering because of rotten marketing.
Nor am I suggesting that getting the word out is enough. Getting the word out and attracting people to a flawed service is the preferred strategy for killing a service company.
This is what I am saying:The first principle of service marketing is Guy Kawasaki’s first principle of computer marketing: Get better reality.
Jay Conrad Levinson, penulis dari Mastering Guerrilla Marketing, menambahkan bahwa marketing itu bukan hanya tidak sama dengan selling, melainkan tidak sama dengan banyak hal...
* Marketing is not advertising.
* Marketing is not direct mail.
* Marketing is not brochures.
* Marketing is not telemarketing.
* Marketing does not mean advertising only in the Yellow Pages.
* Marketing is not show business.
* Marketing is not a stage for humor.
* Marketing is not an invitation to be clever.
* Marketing is not a miracle worker.
Kesimpulannya? Sampai sejauh ini kita jadi tahu bahwa marketing itu bukan cuma susah, melainkan hampir tidak mungkin untuk didefiinisikan.
Meski marketing tidak bisa didefinisikan, tapi satu hal yang pasti, marketing itu tidak sama dengan menjual (selling), memasang iklan (advertising), direct mail, telemarketing, brosure, Yellow Pages, show bisnis, panggung humor, sebuah undangan untuk menjadi pintar, rumit, atau pekerjaan yang membutuhkan keajaiban.
Marketing Syari'ah
Dalam dunia marketing itu ada istilah kelirumologi. Itu lho sembilan prinsip yang disalah artikan. Misalnya marketing diartikan untuk membujuk orang belanja sebanyak-banyaknya. Atau marketing yang yang pada akhirnya membuat kemasan sebaik-baiknya padahal produknya tidak bagus. Atau membujuk dengan segala cara agar orang mau bergabung dan belanja. Itu salah satu kelirumologi ( merujuk istilah yang dipopulerkan Jaya Suprana). Marketing syariah itu mengajarkan orang untuk jujur pada konsumen atau orang lain. Nilai syariah mencegah orang (marketer) terperosok pada kelirumologi itu tadi. Ada nilai-nilai yang harus dijunjung oleh seorang pemasar. Apalagi jika ia Muslim.
Apakah nilai marketing syariah bisa diterapkan umat lain?
Lha ya nilai Islam itu universal. Rahmatan lil alamin. Begitu kan istilahnya. Nabi Muhammad itu menyebarkan ajaran Islam pasti bukan hanya untuk umat Islam saja. Jadi tidak apa-apa jika nilai marketing syariah ini inisiatif orang Islam supaya bisa menginspirasikan orang lain. Makin banyak non-Muslim yang ikut menerapkan nilai ini, makin bagus. Saya ikut mengendorse marketing syariah. Soal jujur itu kan universal. Jadi marketing syariah harus diketahui orang lain dalam rangka rahmatan lil alamin itu.
Apa nilai inti marketing syariah?
Integrity atau tak boleh bohong. Transparansi. Orang kan tak boleh bohong. Jadi orang membeli karena butuh dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, bukan karena diskonnya. Itu jika konsep marketing dijalankan secara benar.
Bagaimana muasal perkembangan nilai spiritual dalam marketing?
Sejalan dengan perkembangan dunia. Setelah September attack, orang melihat IQ dan EQ saja tidak cukup. Harus ada SQ, spiritual quotient. Orang melihat.
Apakah nilai marketing syariah ini akan bertahan?
Ya pasti sustain. Karena prinsip dasarnya kejujuran. Ini yang dibutuhkan semua orang. Apalagi setelah kasus seperti Enron, Worldcom dan lainnya. Orang melihat
bisnis itu harus jujur.
Lalu di mana peran ilmu marketing dalam konsep syariah?
Syariah mengendorse marketing dan marketing mengendorse syariah. Ilmu marketing menyumbangkan profesionalitas dalam syariah. Karena jika orang
marketing tidak profesional, orang tetap tidak percaya. Lihat saja bagaimana investor Timur Tengah belum mau investasi di Indonesia, meski negara ini populasinya mayoritas Muslim. Karena mereka tidak yakin dengan profesionalitas kita. Jadi, jujur saja tidak cukup.
Bukankan nilai kejujuran dan transparansi itu diajarkan semua agama?
Ya. Memang semua agama mengajarkan nilai itu. Tapi jangan lupa bahwa islam itu rahmatan lil alamin. Jadi, ada titik singgung. Bukankah lebih baik mencari yang serupa dari pada memperkarakan yang berbeda. Jika begitu hidup kita damai. Menurut saya, tak mengapa kita sebut marketing syariah. Karena mayoritas populasi di Indonesia itu Muslim. Jadi nilai syariah yang kita kedepankan. Kita mulai di sini, di Indonesia. Ada bagusnya jika yang mengendorse itu orang Islam, bukan yang lain.
Setelah nilai spiritual konsep apa lagi yang akan mengemuka dalam dunia bisnis?
Millenium. Orang mencari keseimbangan. Maksudnya orang berbisnis itu harus menjaga kelangsungan alam, tidak merusak lingkungan. Berbisnis juga ditujukan untuk menolong manusia yang miskin dan bukan menghasilkan keuntungan untuk segelintir orang saja. Nilai-nilai ini ke depan akan mengemuka. Sekarang pertemuan para praktisi marketing mulai mengarah ke sana.
Setelah mengenal Islam, apa pendapat Anda tentang nilai yang diajarkan?
Islam agama yang universal dan komprehensif. Guidance-nya lengkap. Ada petunjuk untuk seorang pedagang, kepala negara, seorang anak, panglima perang
dan semuanya. Ada diatur secara lengkap. Di atas semua itu saya melihat Islam itu ajaran yang damai dan indah. Ajaran Islam bisa dipakai semua orang. Itu kesan saya dan mengapa saya mau mempelajari nilai Islam untuk dikembangkan dalam konsep marketing. Saya sekarang menjadi aktivis lingkungan dan nilai-nilai.