Senin, 18 Januari 2010

5 Hal Egois Yang Perlu DIlakukan

Wanita dituntut untuk mampu melakukan tugas sebagai ibu, istri, dan pegawai. Padahal, sekalipun kita mampu ber-multitasking, tidak berarti kita tidak bisa menjadi lelah. Kelelahan fisik dan mental dapat membuat kita menjadi stres, dan akibatnya kita tidak dapat bekerja dengan maksimal, baik untuk perusahaan maupun untuk keluarga. Karena itu, jika kita benar-benar ingin berguna bagi orang lain, kita perlu belajar untuk menjadi lebih egois terhadap diri sendiri. Bagaimana caranya? Simak lima hal yang membuktikan, bahwa bersikap egois sebenarnya dapat membantu orang lain.

1. Tidur cukup
Wanita yang memiliki bayi atau anak batita, umumnya mengeluh kekurangan tidur. Padahal, tidur merupakan salah satu hal terpenting yang dapat kita lakukan untuk diri kita, karena inilah cara tubuh me-recharge energi. Hampir semua masalah kesehatan juga timbul akibat kita tidak mendapatkan kemewahan untuk tidur cukup ini. Jika Anda memenuhi kebutuhan untuk beristirahat, Anda memiliki energi lebih besar dan lebih efisien dalam mengerjakan tugas-tugas sepanjang hari. Hal ini akan membantu keluarga, suami, dan rekan kerja, karena Anda menjadi produktif. Anda juga lebih sehat karena tak mengidap penyakit yang disebabkan oleh stres.

Jika Anda memiliki bayi, atur jadual yang ketat untuk Anda juga. Temani anak yang lebih besar untuk tidur pada waktunya, dan sampaikan bahwa Anda pun butuh tidur. Katakan juga pada teman-teman atau keluarga yang lain, apabila tenaga Anda diperlukan, Anda akan siap pada jam tertentu (setelah Anda beristirahat).

2. Menolak pekerjaan tambahan
Wanita cenderung ingin menyenangkan siapa pun yang ada di sekitarnya, termasuk atasan. Karena itu, mereka sulit menolak tugas-tugas tambahan atau proyek yang diberikan. Padahal, kebanyakan bos memilih menugaskan wanita tak lain karena wanita selalu menerima pekerjaan tanpa protes sedikit pun. Boleh-boleh saja sih, bersikap sebagai karyawan yang baik, dan bersedia melakukan tugas tambahan. Namun Anda perlu tahu kapan harus menolak pekerjaan.

Ketika Anda bekerja lembur tanpa insentif tambahan hampir secara rutin, hanya untuk menyelesaikan pekerjaan yang diharapkan dari Anda, hal ini sudah tidak wajar lagi. Semua pekerjaan tentu membutuhkan pengorbanan tertentu agar bisa selesai pada waktunya, khususnya ketika pekerjaan Anda memiliki tenggat waktu. Namun Anda tidak seharusnya bekerja lembur sepanjang waktu. Ketika Anda terlalu banyak bekerja, Anda sebenarnya menjadi kurang produktif, dan kualitas kerja Anda pun menurun. Ketika atasan bertanya apakah Anda memiliki waktu untuk menyelesaikan sebuah tugas, ada kemungkinan ia hanya menguji Anda. Jadi jangan takut mengatakan bahwa Anda tidak dapat bekerja dengan maksimal jika kondisi Anda sudah lelah. Jangan takut pula untuk meminta bantuan jika memungkinkan.

3. Mencari waktu untuk diri sendiri
Pernahkah Anda merasa begitu bahagia dan produktif setelah melakukan sesuatu yang kita sukai? Hal ini jarang kita lakukan, namun penting dilakukan untuk menyeimbangkan hidup. Wanita sering berpikir bahwa mereka mementingkan diri sendiri jika mencari waktu untuk membaca, menonton film, melakukan hobi, atau memulai bisnis. Kita mungkin belum mengetahui bahwa mengeksplorasi minat atau keinginan tersebut dapat menjadi cara untuk melepaskan stres, dan akan menjadi ibu, istri, dan teman yang lebih baik karenanya.

4. Kesehatan, gizi, dan kebugaran
Sama halnya dengan tidur, menjadi sehat dapat menambah usia kita. Hal ini juga akan mencegah Anda menjadi beban bagi anak ketika Anda beranjak tua. Jadi, bukankah ini justru merupakan hal paling tidak mementingkan diri? Karena itu, ambil waktu untuk makan sehat, berolahraga, dan berkonsultasi dengan dokter. Ketiga hal ini akan membutuhkan waktu, namun hasilnya dapat dilihat dalam jangka waktu lama. Kebanyakan masalah kesehatan juga lebih mudah diatasi ketika masih dalam tahap awal, jadi jangan menunda-nunda lagi sampai masalah ini menjadi besar.

5. Berkata "tidak" di rumah
Saat pulang ke rumah, Anda mungkin akan mendapati rumah dalam keadaan berantakan. Piring bekas makan masih berserakan di dapur, padahal si sulung yang sudah di SMP seharusnya sudah cukup dewasa untuk diajak terlibat dalam menjalankan kehidupan di rumah. Jangan hanya merasa kesal dan tak sabar, lalu membereskan semua hal itu sambil menggerutu. Jangan takut untuk menugaskan anak, atau suami, untuk membereskan pekerjaan rumah tangga. Namun tak perlu menyampaikannya sambil marah-marah. Bila di rumah tak ada pembantu, ajarkan pada anggota keluarga untuk mencuci piring bekas makannya sendiri, mencuci pakaiannya sendiri, atau menyapu kamarnya sendiri. Jika Anda juga bekerja, Anda tidak bertanggung jawab untuk menyelesaikan semua pekerjaan di rumah. Kalau anak sudah mencuci pakaiannya atau piringnya sendiri, Anda tidak akan terlalu lelah untuk menemaninya belajar, bukan?

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar