Rabu, 20 Januari 2010

Apa itu marketing?

Ingin tahu defenisi marketing? Coba simak yang dikatakan oleh The American Marketing Association...

Marketing is the process of planning and executing the conception, pricing, promotion and distribution of ideas, goods, and services to create exchanges that satisfy individual and organizational goals.

Tidak puas? Bagaimana dengan defenisi dari Robert D. Hisrich (Mixon Chair dan Professor, Weatherhead School of Management at Case Western Reserve University)...

Marketing is the process by which decisions are made in a totally interrelated changing business environment on all the activities that facilitate exchange in order that the targeted group of customers is satisfied and the defined objectives accomplished.

Masih belum puas? Mungkin kau lebih menyukai yang satu ini:

Marketing is about creating satisfactory exchanges via effective and integrated communication with consumers and building relationships with customers and with other publics who could impact organizational performance (the investors, analysts, employees, pressure groups, and so on) by means of effective corporate communication.

Nah, sudah mengerti apa yang dimaksud dengan marketing? Masih belum? Selamat bung, berarti kita senasib. Dan jangan sedih, karena kita tidak sendirian. Ada jutaan, bahkan mungkin milyaran orang yang juga senasib.

Okey, katakanlah defenisi itu tidak penting. Katakanlah yang terpenting itu pengertian, pemahaman. Lalu, apa pengertian dari marketing? Apakah pengertian marketing itu seperti yang selama ini dipahami oleh banyak orang... yang mengatakan bahwa marketing itu sama dengan selling, atau advertising?

Nope. Meski masing-masing pakar sepertinya punya defenisi yang berlainan, tapi pada intinya mereka punya satu kesamaan, yaitu... marketing itu tidak sama dengan selling. Siapa yang mengatakan itu? Tidak lain dan tidak bukan... guru dari segala guru marketing... Philip Kotler.

Kotler adalah the S.C. Johnson & Son Distinguished Professor dari International Marketing di the Kellogg Graduate School of Management at Northwestern University. Kotler menulis tidak kurang dari 15 buku, termasuk Marketing Management, yang disebut oleh Financial Times sebagai salah satu dari 50 buku marketing terbaik.

Kotler mengatakan bahwa... kepercayaan yang menganggap marketing dan selling itu sama, merupakan kesalahan umum yang banyak dianut baik oleh pebisnis, maupun publik. Memang betul, selling itu bagian dari marketing. Tapi marketing mencakup area yang lebih luas dari pada selling.

Peter Drucker mengatakan, “the aim of marketing is to make selling superfluous.” Yang artinya, tujuan dari marketing itu adalah untuk membuat selling menjadi tidak diperlukan. Maksudnya? Marketing itu dilakukan untuk mencari tahu apa yang dibutuhkan oleh pasar, dan untuk bersiap memberi solusi yang memuaskan.

Marketing yang sukses akan menghasilkan produk baru yang disukai oleh pasar, word-of-mouth akan menyebar dengan cepat, dan selling menjadi tidak diperlukan. Marketing tidak bisa disamakan dengan selling karena marketing dimulai jauh sebelum produk dibuat.

Marketing adalah pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh mereka yang ingin memenuhi permintaan, mengukur kemampuan dan kekuatan, dan mengidentifikasi apakah sebuah peluang untuk mendapatkan keuntungan memang benar-benar berada disana.

Sedangkan selling, hanya bisa dilakukan saat produk sudah dibuat.

Marketing tidak hanya dilakukan sebelum produk dibuat. Marketing tetap harus dilakukan saat, dan setelah produk dibuat. Marketing terus berlanjut sepanjang produk masih tersedia, mencari konsumen baru, meningkatkan mutu dan kemampuan produk, menganalisa hasil penjualan, dan mengatur penjualan yang berkelanjutan.

Harry Beckwith, penulis dari Selling the Invisible, mengatakan... pendapat yang menganggap bahwa marketing itu sama dengan selling merupakan bagian yang menjadi penyebab permasalahan yang terjadi di sektor penyediaan jasa:

In a free-association test, most people—including most people in business— will equate the word “marketing” with selling and advertising: pushing the goods.

In this popular view, marketing means taking what you have and shoving it down buyers’ throats.“We need better marketing” invariably means “We need to get our name out”—with ads, publicity, and maybe some direct mail.

Unfortunately, this focus on getting the word outside distracts companies from the inside, and from the first rule of service marketing:The core of service marketing is the service itself.

I am not suggesting that if you build a better service, the world will beat a path to your door. Many “better services” are foundering because of rotten marketing.

Nor am I suggesting that getting the word out is enough. Getting the word out and attracting people to a flawed service is the preferred strategy for killing a service company.

This is what I am saying:The first principle of service marketing is Guy Kawasaki’s first principle of computer marketing: Get better reality.

Jay Conrad Levinson, penulis dari Mastering Guerrilla Marketing, menambahkan bahwa marketing itu bukan hanya tidak sama dengan selling, melainkan tidak sama dengan banyak hal...

* Marketing is not advertising.
* Marketing is not direct mail.
* Marketing is not brochures.
* Marketing is not telemarketing.
* Marketing does not mean advertising only in the Yellow Pages.
* Marketing is not show business.
* Marketing is not a stage for humor.
* Marketing is not an invitation to be clever.
* Marketing is not a miracle worker.

Kesimpulannya? Sampai sejauh ini kita jadi tahu bahwa marketing itu bukan cuma susah, melainkan hampir tidak mungkin untuk didefiinisikan.

Meski marketing tidak bisa didefinisikan, tapi satu hal yang pasti, marketing itu tidak sama dengan menjual (selling), memasang iklan (advertising), direct mail, telemarketing, brosure, Yellow Pages, show bisnis, panggung humor, sebuah undangan untuk menjadi pintar, rumit, atau pekerjaan yang membutuhkan keajaiban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar